Tugas kelompok Dosen pembimbing Bimbingan Konseling Keluarga M. Pahli Zatra Hadi, M.Pd
MAKALAH
Cinta Kasih keluarga
DISUSUN:
Azwan
Silvi Andriani
Praseno Melando
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN
SYARIF KASIM (UINSUSKA) RIAU PEKAN BARU
T.A 2014/2015
BAB I
Pendahuluan
Keluarga merupakan unit sosial
terkecil dalam masyarakat, akan tetapi mempunyai pengaruh yang besarbagi bangsa
dan Negara. Dari keluargalah akan terlahir generasi penerus yang akan
menentukan nasib bangsa. Apabila keluarga dapat menjalankan fungsi dengan baik,
maka dimungkinkan tumbuh generasi yang berkualitas dan dapat diandalkan yang
akan menjadi pilar-pilar kemajuan bangsa. Sebaliknya bila keluarga tidakdapat
berfungsi dengan baik, bukan tidak mungkin akan mengfhasilkan generasi-generasi
yang bermasalah yang dapat menjadi beban soasial masyarakat. Keberfungsian
keluarga sangat ditentukan oleh proses-proses yang berlangsung didalamnya.
Tingkat sosial ekonomi keluarga mungkin memberikan sumbangan bagi keberhasilan
keluarga menjalankan fungsinya.
Namun
sesungguhnya proses-proses yang menentukan keberfungsian keluarga tidak
tergantung pada tingkat sosial ekonomi. Sudah banyak bukti yang menunjukkan
keluarga-keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah yangf berhasil
mengantarkan anak-anak mereka menjadi sosok-sosok yang diandalkan. Demikaian
juga tidak sedikit keluarga yang bergelimang harta yang mengalami kemerosotan
karna anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang bermasalah.
Keluarga
yang tentram, bahagia, dan sejahtera merupakan dambaan setiap manusia. Untuk
mewujudkan keluarga sebagaimana yang didambakan merupakan usaha yang tidak
mudah, karna terbentuknya keluarga merupakan sebuah proses yang panjang dan
melalui penyesuaian yang juga tidak mudah. Mengingat keluarga terbentuk dari
dua pribadi yang berasal dari keluarga yang berbeda, memiliki latar belakang
dan pengalaman hidup yang berbeda pula. Perbedaan-perbedaan tersebut seringkali
menjadi pemicu terjadinya kesalahpahaman dan keributan antar pasangan. Bila
tidak segera teratasi maka kesalahpahaman dapat berlanjut menjadi konflik
berkepanjangan yang bisa berakhir pada perceraian pasanagan. Akan tetapi dengan
usaha yang terus menerus untuk saling memahami dan mengerti karakteristik
pasanagn, maka tindakan-tindakan yang memicu keributan pasangan dapat dicegah.
Kalau pun sampai terjadi keributan, perlu diupayakan agar hal tersebut dapat
dihadapi denagan cara dewasa yakni denagan mengelolanya secara konstruktif
sehingga ditemukan jalan keluar yang dapat diterima bersama.
BAB II Pembahasan
A. Cinta
kasih keluarga
Cinta adalah suatu
perasaan yang hadir didalam diri seseorang, semua orang sudah dapat dipastikan
memiliki rasa cinta. Perasaan cinta itu pun bermacam-macam ada perasaan cinta
terhadap keluarga, perasaan cinta terhadap teman-teman, perasaan yang hanya
merupakan kemauan atau keinginan hawa nafsu, perasaan sesama atau disebut kasih
sayang, perasaan terhadap dirinya sendiri (narsisme), dan perasaan terhadap
bangsa atau nasionalisme.
Sehingga dapat kita
pahami bahwa “cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan
ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang
mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat
lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia
terhadap objek lain berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang,
membantu, menuruti perkataan, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan
objek tersebut”.
Cinta kasih merupakan
hal yang sangat penting didunia ini, sehingga ada pepatah yang mengatakan cinta
dan kasih akan membuat dunia ini menjadi indah, tanpa cinta kasih maka mustahil
kedamaian diatas dunia ini akan terwujud. Namun sangat disayangkan banyak
diantara manusia yang mengalami yang namanya “krisis cinta kasih” dan cinta
kasih mereka pudar seiring berjalannya waktu. Mengapa hal demikian terjadi ?
ini dikarnakan banyak orang yang tidak mengerti bahwa kunci untuk memiliki
cinta dan kasih agar tidak pudar ialah membagi cinta dan kasih kepada orang
lain bukan hanya menerimanya saja.
“Keluarga adalah
merupakan kelompok primer yang paling penting didalam masyarakat. Keluarga
merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita,
perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan
anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang
terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang belum dewasa.” [1] Definisi
keluarga menurut beberapa para ahli:
Ø Menurut
Duval (1997) keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan
sosial setiap anggota.
Ø Menurut
Bailon dan Magalaya (1978) mengemukakan bahwa keluarga adalah sebagai dua atau
lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan, atau
adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi atau satu samalain dalam
perannya, menciptakan dan mempertahankan satu budaya (Supartini, 2004).
Pada dasarnya setiap
pasangan yang akan menjalin hubungan yang diikat dalam tali pernikahan
mengharapkan akan terwujudnya keluarga yang damai, aman, dan tentram. Untuk
mencapai itu semua sangat dibutuhkan sebuah aksi/kegiatan aktif yang harus dilakukan
oleh setiap keluarga terhadap keluarganya sendiri seperti: pengorbanan,
perhatian, empati, patuh dan kasih sayang, sehingga apabila hal yang demikian
dapat dan berhasil diaplikasikan maka untuk terwujudnya cinta dan kasih dalam
sebuah keluarga akan dapat terealisasi sesuai dengan yang diharapkan. Didalam
pembahasan cinta kasih keluarga kami membahas beberapa sub berikut ini
penjelasannya:
1. Pembinaan
keluarga sejahtera
Untuk membentuk sebuah
keluarga yang sejahtera perlunya pembelajaran tentang pendidikan nilai dalam
keluarga itu sendiri, pendidikan nilai yang dimaksud adalah: mengajarkan
tentang pentingnya beribadah, mengajarkan nilai jujur, mengajarkan nilai
hormat, mengajarkan nilai rukun dan mengajarkan nilai pencapaian prestasi.[2]
Pembinaan keluarga
sejahtera merupakan upaya menyeluruh dan terpadu yang dilakukan oleh sebuah keluarga untuk
meningkatkan kualitas keluarga agar dapat dilaksanakan sesuai dengan aspek yang
telah ditentukan. Adapun aspek-aspek yang dimaksud adalah:
a. Aspek
agama
Agama memiliki peran
penting dalam membina keluarga sejahtera. Agama yang merupakan jawaban dan
penyelesaian terhadap fungsi kehidupan manusia adalah ajaran atau sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang maha esa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan berpegang pada
suatu agama yang diyakininya agar pembinaan keluarga sejahtera dapat terwujud
sejalan dengan apa yang diajarkan oleh agama.
Dalam islam terdapat
konsep keluarga sakinah yakni keluarga yang tentram dimana suami istri dituntut
untuk menciptakan kehidupan rumah-tangga yang harmoni antara kebutuhan fisik
dan psikis.yang dimaksud psikis adalah menjadikan keluarga sebagai basis
pendidikan sekaligus penghayatan agama anggota keluarga. Kesakinahan merupakan
kebutuhan setiap manusia. Karena keluarga sakinah berarti keluarga yang
terbentuk dari pasanagan suami istri yang diawali dengan memilih pasangan yang
baik,kemudian menerapkan nilai-nilai islam dalam melakukan hak dan kewajiban
rumah tangga serta mandidik anak dalam suasana mawaddah warrohmah.
b. Aspek
pendidikan
Kehidupan kita dimulai
dari lingkungan keluarga. Kita besar dan dididik didalam keluarga kita, orang
tua yang menagajar kita bagaimna kita harus bertindak. Orang tua juga yang
membesarkan kita dengan pendidikan dan etika. Pendidikan dilingkungan keluarga
sangatlah penting, namun seringkali dianggap tidak penting. Etika yang benar
harus diajarkan kepada anak semenjak kecil, sehingga ketika seorang anak
beranjak menjadi dewasa ia akan berperilaku menjadi baik pula. Tentu saja
perilaku orang tua juga harus baik dan benar sebagai contoh untuk anak-anaknya.
Jikalau semenjak kecil anak-anak dididik dengan baik dan benar maka keluarga
tersebut akan harmonis dan seandainya setiap keluarga mengajarkan nilai-nilai
etika yang benar maka semua manusia akan hidup berdampingan dan damai.
c. Aspek
ekonomi
Untuk mewujudkan sebuah
keluarga sejahtera aspek ekonomi juga sangat perlu kita perhatikan, jika kita
cermati secara mendalam, selama ini pemerintah mengelompokkan keluarga
diindonesia kedalam dua tipe. Tipe pertama
kita kenal dengan tipe keluarga pra-sejahtera. Yang kita bayangkan setelah
mendengarkan keluarga yang tipe ini bayangan keluarga yang masih mengalami
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang berupa sandang, pangan,
dan papan. Keluarga pra-sejarah identik dengan keluarga yang anaknya banyak,
tidak dapat menempuh pendidikan secara layak, tidak memiliki penghasilan tetap,
belum memperhatikan masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit,
mempunyai masalah tempat tinggal dan masih perlu mendapatkan bantuan sandang
dan pangan. Kedua tipe keluarga
sejahtera tipe keluarga ini merupakan keluarga yang sudah tidak mengalami
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.
Seiring dengan
perkembangan zaman yang semakin pesat, kiranya perlu dilakukan pembenahan
dimana keluarga agar dapat diarahkan untuk menjadi keluarga yang secara sadar
dan proaktif berjuang menjadi keluarga yang sehat dan sejahtera. Istilah yang
kiranya tepat dan berbau promotif adalah membangun keluarga yang kreatif, yakni
keluarga yang mampu mengenali permasalahan keluarganya masing-masing.
Persoalannya adalah bagaimana kita mampu melakukan pembunaan terhadap keluarga
agar berkembang menjadi keluarga kreatif.
d. Aspek
sosial budaya
Konsep perkembangan
sosial mengacu pada prilaku anak dalam hubungannya dengan lingkungan sosial
untuk mandiri dan dapat berintraksi atau menjadi manusia sosial. Melalui proses
interaksi sosial tersebutlah seorang anak akan memperoleh pengetahuan,
nilai-nilai, sikap, dan prilaku-prilaku penting yang diperlukan dalam
partisipasinya dimasyarakat kelak, atau dikenal juga dengan sosialisasi. Hal
ini sejalin dengan yang dikatakan oleh Zanden (1986) bahwa kita terlahir bukan
sebagai manusia dan bukan akan menjadi manusia hanya jikalau melalui proses
interaksi dengan orang lain. Terdapat tiga elemen utama dalam struktur
intetrnal keluarga untuk terciptanya keluarga sejahtera:
Ø Status
sosial, dimana didalam keluarga distrukturkan oleh tiga unsur utama, yakni
bapak/suami, ibu/istri, dan anak-anak, sehingga keberdaan status sosial menjadi
penting karna dapat memberikan identitas kepada individu serta memberikan rasa
memiliki karna ia merupakan bagian dari system tersebut.
Ø Peran
sosial, yang menggambarkan peran dari masing-masing individu atau kelompok
menurut status sosialnya.
Ø Norma
sosial, yaitu standar tingkah laku berupa sebuah peraturan yang menggambarkan
sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sosial.
2. Penyesuaian
dalam pernikahan
Hurlock
(2000) mendefinisikan penyesuaian pernikahan adalah sebagai
proses adaptasi antara suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat
mencegah terjadinya konflik dan menyelesaikannya dengan baik melalui proses
penyesuaian diri. Lasswel dan lasswel (1987) mengatakan bahwa penyesuaian
pernikahan adalah dua individu yang belajar untuk mengakomodasi, kebutuhan,
keinginan dan harapan masing-masing, ini berarti mempunyai tujuan demi
tercapainya suatu drajat kebahagiaan dalam hubungan.
Penyesuaian pernikahan
juga merupakan suatu proses memodifikasi, mengadaptasi dan mengubah individu
dan vola prilaku pasangan serta adanya interaksi untuk mencapai kepuasan yang
maksimum dalam pernikahan (De Genova, 2008) Atwater (1990) juga menambahkan bahwa
penyesuaian pernikahan merupakan perubahan dan penyesuaian dalam kehidupan
pernikahan yang meliputi beberapa aspek dalam kehidupan pernikahan, seperti
penyesuaian hidup bersama, penyesuaian peran baru, penyesuaian terhadap
komunikasi dan penyelesaian konflik, serta penyesuaian terhadap hubungan
seksual dalam pernikahan dan penyesuaian terhadap kewarganegaraan.
Oleh karna itu
pemakalah coba menyimpulkan bahwa penyesuaian pernikahan itu ialah suatu proses
yang mana dua orang yang memasuki tahap pernikahan mulai membiasakan diri
dengan situasi yang baru sebelumnya belum pernah dia alami yang telah berubah
statusnya sebagai suami istri serta saling menyesuaikan antara kebutuhan,
keinginan dan harapan, dan saling menyesuaikan diri dibeberapa aspek pernikahan
untuk mencapai kepuasan yang diinginkan sesuai dengan harapan dalam pernikahan
tersebut.
3. Masa-masa
krisis dalam pribadi
Definisi krisis yakni suatu kejadian atau peristiwa yang
terjadi secara tiba-tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu keseimbangan
selama mekanisme coping (tingkah laku) individu tersebut tidak dapat memecahkan
masalah gangguan internal yang disebabkan oleh kondisi penuh stres atau yang
dipersepsikan oleh individu sebagai ancaman selama krisis, individu kesulitan
dalam melakukan sesuatu, coping yang biasa digunakan tidak efektif lagi dan
terjadi peningkatan kecemasan.
Krisis pribadi ini juga sering dirasakan oleh pasangan suami
dan istri yang baru memulai kehidupan barunya. Tahun pertama
pernikahan sering digambarkan sebagai masa krisis. Hal ini dikarenakan
kebanyakan masalah dalam pernikahan muncul di tahun pertama. Berikut ada
beberapa krisis ditahun pertama pernikahan yang sering dialami oleh pasangan
yang baru memulai kehidupan berumahtangga:
a. Berbagi pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga
tetap harus dibagi. Bukan hanya wanita yang harus mengerjakan tugas rumah,
melainkan juga pria. Pasangan yang baru menikah sering mengalami pertengkaran
kecil perihal siapa yang mengerjakan tugas rumah yang berujung pada adu mulut
yang tidak berkesudahan.
b. Kebersihan diri pribadi
Kebiasaan kotor dan
jorok yang dilakukan pasangan menjadi penyulut pertengkaran dalam rumah tangga.
Jika kebiasaan itu tidak diubah, kedua pasangan akan terus bertengkar dan
berakhir pada ketidakcocokan antar satu sama lain.
c. Masalah keuangan
Masalah keuangan bisa
menjadi masalah yang sensitif bagi setiap pasangan yang baru menikah.
Sebaiknya, sebelum menikah, Anda dan pasangan sudah mulai menyusun
"peta" tentang masalah keuangan kalian. Siapa yang membayar tagihan
atau bagaimana cara menabung uang bulanan.
d. Perbedaan gaya hidup
Perbedaan gaya hidup
bisa menjadi penyebab pertengkaran setelah menikah. Misalkan,
e. Waktu bersama teman
Setelah menikah, Anda
tidak lagi memiliki banyak waktu untuk bertemu dengan teman. Jadi, mulailah
terbiasa dengan kondisi itu karena Anda telah terikat dalam pernikahan.
f. Perang ego
Pasangan yang baru
menikah masih enggan untuk menahan ego masing-masing. Mereka masih butuh waktu
untuk berdamai dengan ego mereka sendiri dan pasangan. Siapa pun tentu butuh
beradaptasi setelah menikah.
Inilah fenomena yang
kerap terjadi pada pasangan suami dan istri masalah-masalah dalam sistem
keluarga dapat datang dari empat sumber yakni: kontak salah satu anggota dengan
kekuatan diluar keluarga, kontak seluruh anggota keluarga dengan kekuatan
diluar keluarga, stress pada titik transaksi dalam keluarga, dan stres yang
timbul disekitar problem anggota yang berkebutuhan khusus atau keabnormalan
fisik.[3]
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Menurut Indra Noveldy (konsultan perkawinan)
masalah dalam perkawinan bisa diibaratkan seperti kanker. Kalau kita dapat
mengatasinya pada saat stadium awal, maka ini sangant memungkinkan pasangan
tersebut masih bisa menyelamatkan perkawinan mereka. Tetapi jika terjadi
penundaan hingga masuk ke stadium lanjut, bisa menjadi ‘kanker’ yang sudah
menyebar dan terlanjur parah, sehingga hubungan dalam pernikahan terancam
bubar.
Hanya saja, cara setiap
orang mengatasi masalah berbeda-beda. Ada yang memilih flight atau
‘lari’ dan membiarkan masalah berlarut-larut. Ada yang memilih fight
atau berjuang mengatasi masalah dan bertahan untuk bersama. Cara kedua inilah
yang seharusnya dimiliki oleh setiap pasangan sehingga perceraian tidaklah
semata-mata menjadi akhir atau tujuan dalam berumah tangga. Sayangnya, tidak
semua pasangan memiliki mental juang untuk mengatasi masalah, sehingga mereka
memilih jalan pintas, yaitu berpisah.
Wujud dari sebuah
keluarga adalah keluarga inti, yang terdiri dari bapak, ibu dan anak juga dapat
berupa keluarga besar (extended) yang
terdiri dari bapak, ibu, anak, kakek, nenek maupun anggota keluarga yang lain.
Dalam pembentukan keluarga dibutuhkan penyesuaian yang sehat dan baik antara
anggota yang satu dengan yang lainnya. Penyesuaian tersebut akan menjadi modal
bagi ketahanan keluarga dalam menghadapi tantangan dari dalam maupun luar
keluarga sehingga cita-cita supaya terwujudnya keluarga sejahtera yang memiliki
cinta dan kasih akan terwujud.
Jika saja banyak
keluarga Indonesia yang berkembang kearah keluarga kreatif, dapat kita yakini
bersama bahwa semakin hari banyak keluarga Indonesia yang mampu mewujudkan diri
menjadi keluarga yang sehat, sejahtera, dan mandiri. Sehingga pemerintah tidak
perlu lagi banyak mengeluarkan anggaran yang bersifat konsumtif untuk
masyarakat.
Jadi keluarga sejahtera
yang penuh dengan cinta kasih adalah keluarga yang selalu berusaha melakukan
cara-cara yang terbaik disaat masalah yang akan muncul dalam kehidupan mereka,
dan tidak menjadikan masalah sebagai beban tetapi menjadikan masalah sebagai
bagian dari tantangan hidup berumah tangga untuk terwujudnya keluarga yang bahagia.
Daftar Pustaka
Ahmadi,
Abu, Drs. H., Psikologi Sosial, PT. Rineka cipta, Jakarta, 1991.
Lestari
Sri., Psikologi Keluarga, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar