Mata kuliah: Dosen Pengampu:
Bimbingan
Konseling Keluarga M.
Fahli Zatra Hadi, M.Pd
Peranan Ayah
dalam Keluarga
DISUSUN OLEH:
INDRA FIKA
IRMA NOPRIANTI
REZA ANGGRAINI
YUDIAN SAPUTRA
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF QASIM
RIAU
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sejarahnya, hampir tidak
pernah menguas secara khusus masalah keayahan (Fatherhood). Malah
cenderung mengabaikannya. Posisi ayah akhirnya menjadi tidak begitu menarik dan
penting. Secara terbatas sekali masalah keayahan baik peran ayah dalam
fungsinya sebagai orang tua, sebaliknya sangat menekankan pentingnya tokoh ibu
dalam perkembangan anak.
Ayah akhirnya seperti sudah
terkondisi bukan sebagai pengasuh anak, dan lebih sibuk sebagi pencari nafkah.
Ia memiliki citra keperkasaan dan kekokohan, namun jauh dari anak-anaknya dan
seakan melepas tanggung jawab membina kehidupan anak secara langsung. Keadaan
ini dikukuhkan dalam kehidupan masyarakat, dan diterima begitu ssaja seolah
sesuatu yang sudah semestinya.
Tetapi belakangan ini, kondisi ini
mulai disoroti dan digugat. Bukan karena berkembangnya gerakan feminisme,
tetapi karena semakin timbulnya kesadaran baru bahwa betapa pentingnya
partisipasi seorang ayah dalam membina pertumbuhan fisik dan psikologis anak.
Seanainya ayah tidak ikut aktif memperhatikan perkembangan anaknya, maka sudah
pasti akan terjadi ketimpangan. Apalagi kaum wanita dewasa ini lebih banyak
menghabiskan waktunya dalam berbagai kegiatan diluar urusan keluarga. Tetapi
masalah peranan ayah dalam mengasuh anak masih menjadi kontroversi dan polemic.
Maka sampai sekarang belum ada suatu gambaran yang seragam tentang peranan
ayah. Dalam prakteknya, ada ayah yang tidak memperdulikan sama sekali urusan
mengasuh dan mendidik anak-anaknya, tetapi ada yang justru aktif membina
anaknya. Bahkan ada pula ayah yang hanya sendiri mengasuh anak tanpa perlu
keterlibatan istrinya lagi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONTROVERSI
PERANAN AYAH
1.
Beberapa Teori
Keayahan
Teori-teori keayahan baru muncul dan berkembang sejak tahun 1970-an
dan hasil berbagai penelitian banyan mengubah secara drastis konsep dan
anggapan tentang keayahan.
Anggapan lama masyarakat ialah seorang ayah sesungguhnya tidak
terlalu berperan dalam kehidupan anak. Dibandingkan dengan itu, ayah memang
kelihatan jauh dari anak-anak dalam kehidupan sehari-hari, lebih-lebih dalam
masyarakat lampau. Pandangan macam itu terus berkembang dan dipertahankan dari
waktu ke waktu didalam masyarakat. Bahkan muncul teori-teori yang justru
memperkuatnya. Dua ahli terkenal yang bisa disebut memperkuat pandangan lama
ini ialah Sigmund Freud, seorang psikoanalisis, dan Jhon Bowlby, seorang
ethologis Inggris. Teori dari dua tokoh ini sering menjadi referensi pemikiran
yang menekankan bahwa tokoh ibu merupakan sentral dalam kehidupan anak.
Pikiran Freud yang paling penting dan masih berpengaruh kuat sampai
sekarang ialah teorinya tentang perkembangan sosial seseorang sangat ditentukan
oleh pengalaman pada awal masa kanak-kanak. Menurut Freud, tingkat pemuasan pada
masa kanak-kanak akan sangat mempengaruhi tingkah laku seseorang
dikemudian hari.
Freud berPendapat bahwa hubungan sang anak dengan ibunya sangat
berpengaruh dalam pembentukan pribadi dan sikap-sikap sosial si anak di
kemudian hari. Menurut Freud, peranan ayah itu tidak diperhitungkan. Ayah tidak
mempuyai pengaruh bagi perkembangan anak, Freud menekankan bahwa peranan ayah
itu baru muncul pada tahap akhir kanak-kanak. Para pengikut aliran Freud menyetujui
pentingnya peranan tokoh ibu pada masa bayi dan pada masa kanak-kanak. Ibulah
tokoh utama dalam proses sosialisasi anak.
Pemikiran
Freud akhirnya menjadi sorotan beberapa ahli dan pandangan Freud itu akhirnya
juga digugat, apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan kaum ibu itu menjadi alas
an menyampingkan peran tokoh ayah? Beberapa tahun belakangan teori Freud
cenderung dipertanyakan.
Kemudian muncul
teori-teori baru yang mencoba meninjau kembali kebenaran pikiran pikiran Freud.
Pada tahun 1940-an dan 1950-an, Robert Sears dan Jhons Whiting misalnya mencoba
meneliti kembali dikaitkan dengan teori belajar modern. Kedua psikolog ini
berpendapat, anak-anak itu dapat memperoleh kepuasaan apabila dorongan-dorongan
biologis dasar seperti lapar dan haus itu diatasi. Dalam soal ini seorang ibu memang
mudah dilihat berperan penting bagi seorang anak terutama karena selalu
menyuapkan makanan kepada anaknya. Sebaliknya, seorang ayah biasanya kurang
terlibat dalam member makan. Tetapi tidak bisa begitu saja dapat disimpulkan
ayah kurang berperan dalam perkembangan anak.
Sementara
bowlby yang sama seperti Freud kembali menekankan pentingnya tokoh ibu,
kehilangan tokoh seorang ibu dapat menimbulkan problem dalam perkembangan anak
selanjutnya. Sikapnya ini terungkap dalam tulisan klasiknya, “The Nature of
Child’s Tie to Hits Mother (Hartkat anak tergantung pada ibu). Kehidupan
seseorang, lebih-lebih pada masa kanak-kanak, sangat ditentukan oleh peran Ibu.
Bowly
menganalisis dan mengemukakan argumentasinya tentang pentingnya keterikatan
antara anak dengan orang tuanya. Tetapi pada akhirnya ia menekankan tokoh ibu
yang menjadi sentral dalam membimbing anak kearah kedewasaan. Bowlby
mengutarakan, ikatan emosional yang mendalam antara anak dan ibu, akan membetuk
pola respon tertentu bagi anak terhadap stimulasi dari luar. Peranan ibu
dinilai paling penting, melebihi peranan yang lain dalam membangun kepribadian
anak. Hanya ibulah yang bisa dengan cepat mengerti dan mampu menanggapi setiap
gerak-gerik nayi, Ibu segera tahu kalau anaknya hendak menangis, senyum atau
lapar.
Meski uraian Bowlby
dan Freud tentang perkembangan awal dan proses sosialisasi seseorang berbeda,
tetapi kesimpulan akhir analisis mereka sama yaitu keduanya menganggap tokoh
ibu sangat penting pada masa kanak-kanak seseorang. Seperti Freud, Bowlby
menempatkan peran ibu sebagai sentral dalam perkembangan awal anak. Sedangkan
kedudukan ayah hanya bersifat peran sekunder saja. Suami semata-mata sebagai
pendorong moral bagi istrinya.
Secara biologis
juga dapat diterangkan mengapa kedudukan ibu lebih penting dari ayah dalam
mengasuh anak. Perbedaan struktur biologis antara ayah dan ibu membawa
perbadaan peranan pula bagi kehidupan anak. Ibu bisa memberikan air susunya dan
memiliki hormon keibuan yang menentukan tingkah lakunya terhadap anak.
Sebaliknya, seorang ayah tidak dilengkapi secara biologis untuk menyusui anak
dan tidak memiliki bawaan yang mencolok untuk mengasuh anak.
Namun, peran
antara ayah dan ibu bukan semata-mata ditentukan oleh faktor biologis, dan
sesungguhnya untuk mendefinisikan bagaimana peranan orangtua itu dalam mengasuh
anak dapat diungakapkan dalam berbagai variasi. Hal ini tergantung pada faktor
sosial, situasi lingkungan, suku, kebudayaan, dan tradisi yang seringkali
berbeda-beda.
Analisis dan
anggapan bahwa faktor biologis yang membedakan peran ayah dengan ibu, kini
memeng tidak dianggap serius lagi dan hanya sebagai mitos saja. Ross de Parke bahkan
menegaskan, faktor biologis itu tidak dapat dipergunakan lagi sebagai
argumentasi untuk menjelaskan perbedaan ayah dan ibu dalam keluarga. Pandangan
lama tentang ayah dan perannya hanyalah suatu penyimpangan pikiran zaman. Sudah
muncul revolusi pemikiran yang menempatkan betapa tokoh ayah pentingdalam
proses pengasuhan dan perkembangan anak. Tidak dapat diterima lagi anggapan
yang menempatkan ayah hanya sebagai tokoh sekunder dalam mendidik anak. Tidak
ada alasan yang kuat pula untuk menempatkan terlalu tinggi posisi ibu dalam
perkembangan anak. Kini sudah sngat diragukan kesahihan pandangan yang
membeda-bedakan posisi ayah dan ibu terhadap anak.
2.
Memahami Peran
Ayah
Para ahli Psikologi dewasa ini cenderung meninggalkan hal-hal yang
terlalu bersifat teoritis, dan banyaak mengalihkan perhatian ke observasi
langsung. Termasuk soal peranan ayah. Sejak tahun 1970-an, banyak ahli
psikologi secara langsung meneliti peran ayah dalam keluarga.
Hasil penelitian terhadap perkembangan anak yang tidak mendapat asuhan
dan perhatian ayah menyimpulkan, perkembangan anak menjadi pincang. Kelompok
anak yang kurang mendapat perhatian ayahny cenderung memiliki kemampuan
akademis menurun, aktifitas sosial terhambat, dan interaksi sosial terbatas.
Bahkan bagi anak laki-laki, ciri maskulinnya (cirri-ciri kelakian) bisa menjadi
kabur.
Peranan ayah sangat pentig dalam perkembangan anaknya secara
langsung. Mereka dapat membelai, mengadakan kontak bahasa, berbicara, atau
bercanda dengan anaknya. Semuanya itu akan sangat mempengaruhi perkembangan
anak selanjutnya. ayah juga dapat mengatur serta mengarahkan aktivitas anak,
misalnya menyadarkan anak bagaimana menghadapi lingkungannya dan situasi diuar
rumah. Ia memberi dorongan, membiarkan anak mengenal lebih banyak, melangkah
lebih jauh, mengajarkan mereka membaca, mengajak anak untuk memperhatikan
kejadian-kejadian dan hal-hal yang menarik di luar rumah, serta mengajak anak
berdiskusi. Semua tindakan ini adalah cara ayah (orang tua) untuk
memperkenalkan anak dengan lingkungannya dan dapat mempengaruhi anak dalam
menghadapi perubahan sosial dan membantu perkembangan kognitifnya di kemudian
hari.
B.
CALON AYAH DAN
KETIKA ISTRI HAMIL
1)
Kehamilah
Tanggung Jawab keluarga
Kehamilan
termasuk salah satu periode krisis dalam kehidupan seorang wanita. Tak
dapatdielak, situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik
tetapi juga psikologis. Dalam aspek psikologis, timbul pengharapan yang
disertai kecemasan menyambut persiapan kedatangan bayi. Semuanya itu ikut
mewarnai interaksi antara anggota dalam keluaga.
Ketika ibu
hamil maka terjadilah perubahan sikappada diri ayah. Ayah menjadi tampak sangat
hati-hati, penuh memahami, dan selalu berusaha menjaga hubungan damai dengan
istrinya.
Masa kehamilan dapat dibagi dalam
tiga fase;
Pertama meliputi tiga bulan pertama kehamilan.Dalam periode itu,calon ibu
(ibu) sering mengalami ketegasan fisik dan psikis. Ia sering muntah, perut
mules, merasa lelah, pusing, cepat tersinggung, dan selalu cemas.
Dalam suatu
penelitian terhadap pasangan suami dan istri. Pauline Shereshefsky dan L.J.
Yarrow mengatakan, selama periode ini sikap istri menjadi lebih sensitif dan
cenderung berperasa, cemas, takut, gelisah atau kadang-kadang perubahan
perasaan yang mendadak.
Perkembangan
janin pada periode ini berawal dari turunnya ovum (sel telur) setelah pembuahan dari tube (saluran indung telur)
ke uterus. Kemudian terjadilah pemecahan sel dan formasi dari embrionik,dan
suatu organisme baru mulai berkembang. Formasi awal, terdapat tiga lapisan sel,
yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Dari
lapisan ectoderm terbentuk organ dan sistem saraf. Sedangkan mesoderm membentuk
sirkulasi darah, skeletal (kerangka), sistem otot. Lapisan endoderm membentuk
susunan pencernaan dan susunan kelenjer. Pada bulan kedua, embrio itu sudah
sebesar 3,8 cm(1,5 inci). Kerangka embrional tulang dan otot mulai tampak
sebagai bangun luar dari tubuh,muka dan leher mulai berkembang dan sudah tampak
bentuk manusia. Dahi menonjol, otak mulai berkembang, jauh lebih awal dibanding
organ lain. Anggota badan mulai tumbuh. Otot dan tulang rawan mulai berkembang.
Organ seks mulai terbentuk.
Pada fase kedua ( tiga bulan kedua ) mucul perubahan lain. Perasaan gelisah dan
tekanan darah yang cenderung tinggi,pelan-pelan mulai menghilang. Ibu mulai
merasa ada sesuatu gerakan dalam perut sebagai isyarat jelas bahwa ada janin
dalam perut ibu,mulai terasa pada akhir bulan keempat. Adanya gerakan janin
dalam perut, membawa pengaruh pada kedua
orang tua. Makin hari makin besar dan kedua orang tua tanpak senang terutama
sang ayah.
Dalam suatu penelitian terhadap pasangan suami dan
istri yang sedang hamil, sebagian besar kelompok sang ayah mengungkapkan
perasaan senang tetapi setengah dari kelompok ibu meberi reaksi tidak
senang.Yang jelas,gerakan janin dalam perut ibu dapat menciptakan rasa
tentram,tergantung pada kondisi rahim
ibu.
Pada bulan
kelima,struktur pembentukan kulit memasuki tahap akhir.Kelenjer keringat dan
lemak mulai terbentuk dan berfungsi.Kulit ditempat tertentu mulai tampak dan
juga rambut,kuku pada jari tangan dan kaki.Sendi pada tulang sudah berkembang
dan berfungsi.
Pada fase ini
janin sudah tampak ramping. pada bulan keenam pembentukan mata berakhir, indera
pengecap sudah muncul pada lidah dan mulut. Ketika lahir si bayi segera
memperlihatkan kemampuan itu.
Fase terakhir pertumbuhan janin
berlangsung pada periode tiga bulan terakhir (bulan ke-7 sampai ke-9). Pada
fase ini calon ibu mulai lagi merasa tertekan dan gelisah.Berat badan calon ibu
mulai bertambah drastis antara 10,5 kg sampai 15 kg. Calon ibu sering merasa
lelah, tidak enak, sukar tidur, kaki tangan bengkak, dan nafas pendek. Semua
gejala itu dapat membuat calon ibu merasa cemas, mudah tersinggung, dan lekas
marah seperti gejala pada periode pertama masa kehamilan.
Bagaimanakah
sikap dan reaksi seorang ayah pada fase kehamilan itu? Berbagai cara kaum pria
menghadapi situasi ini. Ada suatu fenomena yang memukau perhatian yang disebut couvade. Istilah yang bersal dari
bahasa Prancis artinya couver ( mengaram dan menetas ). Antropologi
inggris, Sir Edward Taylor, melansir istilah itu tahun 1865 dengan menjelaskan
sebagai berikut.
Dalam
masyarakat primitif, jika saatnya yang ditentukan sudah tiba, istri yang hamil
merabah ke pangkuan suaminya dan si suami mengangkatnya ke tempat tidur. Ini
termasuk salah satu upacara menunggu kelahiran. Si ibu melakukan situasi
bersalin seperti mengarang kesakitan.Acara ini sekurang-kurangnya mempunyai dua
tujuan. Pertama, untuk memperlihatkan
kepada semua orang,meski dalam arti simbolis, bahwa sang suami hadir saat
istrinya melahirkan. Kedua, untuk mengoceh roh jahat.
Dalam
kebudayaan lain couvade ini dibuat
dalam bentuk lakon yang mencolok. Misalnya,pada masyarakat Enickala-Vandu,salah satu suku di India Selatan.Secara tiba-tiba
ibu melakukan situasi kelahiran. suami yang diberitahu soal itu segera
bertindak dengan memberikan beberapa lembar kain dengan meletakkannya dibawah
kepada istrinya itu.
Menurut W.H.
Trethowan, seorang psikiater bangsa inggris, couvade merupakan situasi khusus
yang dialamai suami selama istrinya hamil. Tetapi di Barat gejala
itu dianggap biasa saja, tanpa perlu terlalu diperhatikan. Banyak calon ayah
mengalami perbahan fisik dan mental ketika istrinya hamil. Tetapi gejala ini
belum tahu menunjukkan sindrom couvade.
Dalam suatu
percobaan terhadap gejala couvade, Trethowan menemukan bahwa calon ayah
menderita suatu gejala seperti nafsu makan berkurang, sakit-sakit, mual, dan
muntah. Gejala ini lebih sering terjadi pada bulan ketiga masa kehamilan
istri dan akan muncul kembali pada bulan terakhir menjelang kelahiran.
Selain gejala
fisik, calon ayah juga mengalamai berbagai gejala lain, misalnya, ia mulai
tertarik pada anak bayi. Pada periode ini banyak ayah berusaha membaca banyak
buku tentang annak dan tentang peranan orang tua. Juga banyak kegiatan seperti
meenyiapkan berbagai fasilitas untuk mempersiapkan kedatangan bayinya. Untuk
itu kadang ayah mencari kerja sampingan. Dan ini khususnya terjadi beberapa
bulan menjelang kelahiran tiba. Meskipun si calon ayah bertambah jam kerja
dengan maksud dapat membeli tempat tidur, ayunan dan beberapa perlengkapan
lainnya.
2)
Memberi
Dukungan Emosional
Dukungan emosional sangat perlu diberikan pada saat istri hamil,
dalam suatu peneitian terhadap 26 pasangan suami istri yang tengah menghadapi
kehamilan di California, Johanna Gladiux menyimpulkan, dukungan emosional suami
terhadap istri dapat menyebabkan adanya ketenangan bathin dan perasaan senang
dalam istri. Dan istri akhirnya lebih mudah menyesuaikan diri dalam situasi
kehamilan itu. Suami adalah orang pertama dan utama dalam member dorongan
kepada istri sebelum pihak lain turut member dorongan.
Pada fase kedua kehamilan, ketika kandungan istri semakin tampak,
maka berbagai pihak luar seperti sahabat, kenalan, sanak keluarga akan memberi
dorongan. Dorongan ini sangat membahagiakan si calon ibu. Pada periode ini
dukungan dan interaksi sosial adalah kesempatan yang baik. Dialog, cerita, dan
mendengar pengalaman-pengalaman dari ibu yang lain merupakan nilai-nilai
berharga untuk menumbuhkan pengharapan dan kekuatan pada diri si calon ibu.
Pada fase kedua ini peranan orang lain, sahabat, keluarga menjadi lebih penting
bila dibandingkan pada fase pertama.
Yang tidak kalah menarik pada masa kehamilan adalah sikap ayah
sendiri. Sang suami semakin tertarik pada istrinya dan berusaha menciptakan
hubungan yang positif. Dan setelah si bayi lahir, ia ingin membelai dan
memegangnya, namun ia mengalami kesulitan bagaimana memegang dengan cara yang
baik. Sesungguhnya masa kehamilan adalah masa yang indah asal sang ayah
berperan aktif dalam situasi ini. Perilaku suami yang baik bisa membuat sang
istri menjadi bahagia dan menghayati masa kehamilan dengan tenang.
3)
Bagaimana
Mengasuh Anak yang lain
Ketika hamil, praktis seorang ibu kurang memperhatikan anak-anaknya
yag lain. Peran ini dapat diambil ahli oleh ayah. Ayah dapat menjaga anak-anak
ini untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dan mengarahkan kepada mereka supaya
menerima anggota yang baru.
Keterlibatan ayah ini lebih menonjul pada masa ini sebelumnya.
Cecily legg, ivan sherick dan wiliam Wadland meneliti bagaimanareaksi anak
terhadap adiknyanya yang baru lahir. Mereka menemukan sejumlah reaksi negative.
Anak-anak mengungkapkan rasa tidak senang karena si kecil buang air kecil
sembarangan, menangis di waktu malam. Bantuan dan perhatian ayah sangat penting
pada situasi seperti ini. pada masa kehamilan tidak hanya sikap memahami tetapi
juga sikap sabar mesti dimiliki ayah. Tingkah laku anak-anak yang sudah besar
pada periode ini kadang-kadang aneh yang menyebabkan ibu mudah tersinggug.
4)
Pengaruh
Kehadiran Seorang Ayah Waktu Istrinya Bersalin
Ayah sebagai pendamping istri nya saat melahikan ikut memainkan
peranan penting yaitu: pertama suami mengukur lamanya waktu
kontradiksi bernapas seirama dengan istrinya, membantu menopang istrinya pada
detik-detik kontradiksi, memijit-mijit punggung istrinya, menyuguhkan minuman
menyampaikan pesan istrinya kepada perawat dan dokter, memberikan perhatian
yang terus-menerus dan mendorong semangat. Kedua, suami dengan sabar dan
setia mendampingi istrinya yang tengah menghadapi situasi kritis,
menghibur, dan memberikan harapan, menguatkan hati, dan mengatakan “Sabar
saying kesulitan ini akan segera berlalu”.
5)
Peran Ayah
ketika Ibu Operasi Caesar
Pada
waktu operasi caesar, kehadiran ayah sesungguhnya sangat penting dan membawa
dampak positif. Kehadiran itu akan memberi kekuatan bagi istrinya. Ketika
bagian-bagian tertentu tubuh dibius, ibu masih memiliki sisa kesadaran dan
kewaspadaan. Dalam keadaan krisis macam ini, ibu bisa merasa diteguhkan oleh
kehadiran suami.
C.
HUBUNGAN
BAYI DENGAN AYAH
Hubungan antara bayi yang baru lahir
dengan ayahnya adalah sebagai Reaksi awal dan memahami Isyarat Bayi. Pada saat
bayi lahir, Pengetahuan dan keterampilan ayah dalam memahami setiap aksi dan
reaksi anaknya sama dengan reaksi istrinya, yaitu bagaimana respon mereka mampu
menanggapi setiap maksud bayi seperti suara dan gerakan mulut. Gerakan mulut
seorang bayi seolah-olah mengucapkan sesuatu dan dapat ditanggapi oleh ibu
maupun ayah. Orang tua akan memberikan respon ataupun reaksi misalnya senyuman.
Interaksi-interaksi antara ayah dengan bayi itu ada pengaruh timbal balik,
yaitu ayah memberi reaksi atas gerak-gerik bayi. Dengan kata lain, aktivitas
bayi menimbulkan reaksi ada ayah.
Berawal dari sinilah bayi mulai
mengenal, mengamati setiap stimulus. Interaksi ini secara tidak langsung
mengembangkan komunikasi terhadap dunia sosial. Pengaruh awal ini membentuk nilai
yang penting dalam control sosialnya. Kelak anak juga akan mempengaruhi orang
lain berkat adanya sikap yang tertanam sejak awal ini.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tidak hanya sosok Ibu, sosok Seorang
ayah juga berperan sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi, Hasil
penelitian terhadap perkembangan anak yang tidak mendapat asuhan dan perhatian
ayah menyimpulkan, perkembangan anak menjadi pincang. Kelompok anak yang kurang
mendapat perhatian ayahny cenderung memiliki kemampuan akademis menurun,
aktifitas sosial terhambat, dan interaksi sosial terbatas. Bahkan bagi anak
laki-laki, ciri maskulinnya (cirri-ciri kelakian) bisa menjadi kabur.
DAFTAR PUSTAKA
Dagun, Drs.Save. M, Psikologi Keluarga, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar